1 Feb 2013

rindu bendang


sawah luas terbentang, rindu bendang memanjang

berkalih masa, dan semuanya sudah banyak berada di belakang. kehidupan adalah memacu ke hadapan dalam lanskap yang masih rahsia dan tak pasti. tahun-tahun yang pergi kembali menjadi nostalgia yang erat membelai. tak terlepas dan bergantungan saban masa.

sawah kembali melintas dalam fikir dan bayang masa. barangkali semakin kita dituakan usia, semakin rindu pada masa lalu yang pergi. semakin mendekat segala yang pernah terjamah oleh jemari, tertatap oleh pandang, dan terasa berbingkai di kalbu. sawah persis rindu menanti belai. berbunga kembali dalam jantung waktu masa-masa yang berlalu.


tak terlupakan masa berlari antrara batas mengejar burung-burung kecil ketika padi sedang menguning. terjatuh dan basah dengan air sawah diakhiri dengan riang tawa. masa menuai memijak sejuk lumpur, membawa padi tuai dan berkumpul teman-teman sepermainan memakan jagung bakar atau ubi rebus, ah begitu mengasyikkan. masa kecil itulah dunia indah yang terpandang. yang menjerat sukma dan memantul rasa. air lumpur yang hanyir tak terasa apa-apa selain rasa gembira berkubang  persis kerbau di tengah sawah kosong yang baru dibajak. apa lagi ketika hujan turun dan angin kuat menderu, terasa nyaman hidup di tengah masa.

tak terlupakan hijau sawah musim padi tumbuh segar. berjalan dan berlari di celah batas. ada kalanya mengikut teman mencari ikan dan menangkap belut. hanya senyum dan ketawa. hingga hari petang dan senja datang perlahan. berlari pulang sebelum azan berkumandang. esok akan datang lagi akan pecah derai tawa.

semakin lama teman semakin susut dan menghilang. menamatkan persekolahan dan meninggalkan lumpur dan amis tanah. berada di dasar kota belajar bahasa baru hidup dan sejak itu sawah menjadi bayang-bayang.

ada ketika sempat pulang tetapi sawah sudah berganti taman perumahan. bendang tak lagi kelihatan hanya alur kecil yang semakin tersekat alir. dulu jernih dan ikan berenang mesra. rupanya, tanpa sawah lumpur dan hanyir makin ketara. terbiak oleh tangan manusia untuk hidup dan untuk segalanya. dulu pernah merasa jijik pada bau tanah lama terendam hingga diberitahu ayah, usah begitu anak
"di celah kehanyiran ini kau besar dan kau perlu menyayangi apa milik kita"

kata-kata itu merubah sudut pandang dan aku mula menyayangi sawah. tapi semua telah tiada. pulang ke kampung tak lagi dapat mengimbas nostalgia. sebaliknya terasa banyak perubahan yang turut pula meragut senyum alam.


kita tak bisa menahan masa.

sawah terbentang masih hijau dalam ingatan
rupanya sesudah kehilangan semua itu terasa begitu indah ia dalam kenang-kenangan
usah merebut masa yang tiada, hargai apa yang ada

rindu bendang tak terkurangkan






0 comments:

Post a Comment